Sabtu, 25 Oktober 2008

Masalah


Masalah

"Setiap orang mempunyai masalah. Tetapi masalah terbesar manusia adalah kebiasaan memelihara masalah itu tetap sebagai masalah."

Sebuah kertas berukuran kartu nama dan berhiaskan dua buah daun berwarna coklat muda dan krem dibagikan kepada para pelayat yang hadir. Di sana tertulis: "I found that I'm dying in the young age, ada perasasaan sedih, tetapi tetep berdoa; kalau God's will to make me stay alive so be it & kalo Tuhan mau Dewi kembali ke sisi-Nya, maka itu juga akan menjadi kebahagiaan karena bisa bertemu dengan-Nya muka dengan muka." Kutipan itu diakhiri dengan kata-kata "Dewi, 17 Des 03".

Ratusan pelayat yang hadir dalam upacara doa abu jenazah Dewi di Kampus Universitas Atma Jaya, Jakarta Selasa 8 July 2004, merasa terharu sekali membaca kutipan yang dipersiapkan teman-teman baik Dewi itu. Itu adalah kutipan surat Dewi kepada teman-temannya ketika kesehatannya mulai memburuk akibat kanker darah yang dideritanya sejak lama. Yang membuat rekan-rekannya semakin kehilangan adalah, sebelum menjalani perawatan di Singapore, dalam kesehariannya Dewi tetap menunjukkan sikap yang positif dan penuh semangat. Senyum ramah yang senantiasa menghiasi bibirnya tidak pernah dilupakan teman-teman kuliahnya. Vonis kematian yang bagi kebanyakan orang akan menjadi masalah besar tidak sedikit pun mengganggu kegiatannya sehari-hari. Luar biasa.

Dalam menghadapi sebuah masalah, manusia mempunyai sikap beragam. Pertama adalah jenis manusia yang cepat sekali down, keder apabila dihadapkan kepada satu masalah. For them, a problem --whatever it is-- is a disaster. Sebisa mungkin masalah dihindari. Jenis yang lain adalah manusia yang sebenarnya mengerti ada masalah, tetapi mereka keep a distance. Membiarkan masalah itu, menganggap seolah-olah tidak ada atau berharap atau percaya bahwa masalah itu akan berlalu begitu saja. Jenis yang terakhir adalah jenis manusia yang percaya bahwa masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan.

Apa pun sikap Anda terhadap segala masalah yang Anda hadapi hari ini, saya mengingatkan bahwa bagaimana pun, masalah adalah realita yang harus dihadapi. Semakin Anda menghindar atau mendiamkan sebuah masalah, seperti bola salju yang makin besar menggelinding ke bawah, ia akan menjadi bom waktu yang sangat dahsyat.

Selamat pagi dan selamat bekerja !

Keterlambatan


Keterlambatan ... Meri senang. Atasannya yang baru kali ini sangat baik. Betul-betul baik. Dulu ketika Meri mulai bekerja di perusahaan itu, semua serbakaku. Absensi diperiksa tiap hari. Terlambat sedikit dipotong uang makan. Bahkan, kalau dihitung-hitung, bila sampai terlambat satusetengah jam lebih, maka uang makan akan habis dipotong. Memang sih, tidak ada yang terlambat sampai selama itu. Tapi tetap saja bikinhati deg-degan. Tapi, sejak atasan yang baru ini masuk. Segala sesuatunya berubah. Meri adalah sekretaris langsung atasan ini. Atasannya yang baru ini sangat rajin. Tiap pagi selalu merupakan orang pertama yang sampai di kantor sesudah office boy.Orangnya juga sangat baik. Tidak pernah marah-marah. Selalu bicara dengan sabar. Mula-mula semua orang berusaha masuk lebih pagi.Minggu pertama, tak seorang pun terlambat.Tapi mulai minggu kedua, salah satu karyawan terlambat. Dia terlambat dua puluh menit. Semua orang tegang. Wah bagaimana nanti.Ternyata bos hanya bertanya mengapa terlambat. Ketika dijawab karena macet, beliau hanya berkata agar lain kali berangkat lebih pagi.Sudah. Begitu saja. Tidak ada marah-marah. Tidak ada potongan uang makan. Wah, enak juga ya. Pelan-pelan keesokan harinya beberapaorang juga terlambat. Eh, bos juga hanya memandang mereka dan bertanya mengapa terlambat. Setelah dijawab, beliau menganjurkanagar jangan terlambat lagi. Wah tidak marah juga.Meri mulai lebih santai dalam bekerja. Demikian juga karyawan lainnya. Meri yang dulu selalu buru-buru berangkat dari rumah, kinisantai. Sekali dua kali dia terlambat, bos hanya menegur. Setelah itu, lebih aneh lagi. Pada keterlambatan keempat dan seterusnya, bostidak lagi menegurnya. Bos akan bersikap seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Langsung membicarakan pekerjaan. Tidak pernah lagimenanyakan mengapa terlambat.Suatu kali, di kantor kedatangan seorang tamu. Ternyata tamu tersebut adalah karyawan di kantor tempat atasannya dulu bekerja. Disana dia tidak betah lagi dan ingin ikut pindah ke kantor Meri. Dia cerita bahwa di sana, bosnya yang sekarang sangat galak. Karena itudia ingin pindah kemari.Meri menyampaikan masalah ini ke atasannya. Atasannya memang mengenali mantan karyawannya itu. Beliaupun menemui orang itu danberbincang-bincang sebentar. Setelah itu tamu tersebut pamit. Meri pun kemudian masuk ke ruang bosnya karena dipanggil. Meri pikir,pasti orang itu diterima, karena di sini memang sedang mencari tambahan karyawan.DitolakTapi, jawaban atasannya membuatnya terheran-heran. Tidak, kata atasannya. Orang itu tidak diterima. Meri memberanikan diri bertanyake atasannya. Mengapa orang itu tidak diterima bekerja?Jawaban atasannya cukup panjang. "Karena dulu, di kantor yang lama, dia selalu terlambat masuk kantor. Sudah saya peringatkan beberapa kali tapi tetap saja terlambat. Berarti dia tidak menghargai saya, dia tidak menganggap perkataan saya sebagai sesuatu yang penting. Saya sudah bosan dan tidak mau lagi menegurnya. Akhirnya saya biarkan saja supaya dia sadar sendiri. Eh, bukannya sadar. Malah makin lama semakin gila keterlambatannya. Ya sudah. Saya menilai orang seperti itu tidak bisa bekerja sama dengan saya. Masa sekarang saya harus menerima dia bekerja di sini?"Meri hanya bengong mendengar penjelasan atasannya. Beliau bicara tanpa kesan marah. Hanya kesan sedih, agak menyayangkan mengapaorang itu tidak berubah. Celaka! pikir Meri. Dia sendiri juga sekarang sering terlambat. Hatinya jadi merasa kurang enak. Rasanyajadi sungkan sendiri. Malu juga sih.Dia merasa disindir, meskipun dia tahu atasannya tidak bermaksud begitu. Meri hanya bisa berjanji pada dirinya sendiri untuk merubahsikapnya. Dia tidak mau terlambat lagi. Dia tidak ingin mengecewakan atasannya yang sudah demikian baik.Mulai keesokan harinya, Meri langsung datang lebih pagi. Atasannya tidak berkomentar apa-apa. Beliau memang pendiam. Tapi Meri berniatmasuk pagi bukan karena ingin mencari pujian. Tapi karena dia ingin membalas kebaikan atasannya yang sudah bersikap baik.Rekan-rekan kerja lainnya mulai bertanya-tanya kenapa Meri sekarang rajin. Meri segera menceritakan kisah tamu yang pernah melamar, tapiditolak karena dulu sering terlambat. Keesokan harinya beberapa karyawan datang lebih pagi. Demikian juga lusanya dan seterusnya.Jumlah karyawan yang datang terlambat semakin berkurang. Ada juga yang santai-santai saja dan tetap terlambat. Tapi kini yang menegurbukan lagi atasannya, tapi karyawan lainnya, office boy, Meri, teman-temannya sendiri. Lama kelamaan dia malu juga sih.Perubahan tidak selalu harus dengan cara kekerasan. Do not wait for someone to tell you! You can change by yourself if you want to!Sumber: Keterlambatan oleh Lisa Nuryanti, Director Expands Consulting & Training Specialist